>Selamat datang,blog ini bebas akses,mohon saran dan kritiknya

Rabu, 29 September 2010

KARSINOMA MAMMAE

Frekwensi. 20% dan semua karsinoma pada wanita.
Umur. 40 — 65 tahun.
Stadium pre-malignum. Mastitis kistik yang menahun.
Letak tumor. 50% terdapat pada kwadran atas lateral, 10% pada kwadran bawah lateral, 20% pada bagian tengah dan 20% pada bagian medial daripada mamma.
Histologi.   a.   Karsinoma (95%)
(i)   jenis skirus; tumor mi yang paling sering dijumpai, prognosisnya relatif baik;
(ii)  jenis ensefaloid; lebih ganas daripada karsinoma skirus.
b.   Papilari duct karsinoma; tumor ini tidak begitu ganas (low-grade malignancy) dan perdarahan dan papila mamma merupakan gejala dini.
c.   Sistosarkoma filloides; tumor mi tidak- responsif terhadap radiasi.
d.   “Paget’s disease of the nipple”, suatu intraduct karsinoma dengan kelainan eksemateus pada jaringan sekitar papila mamma.
Penyebaran.    Lokal :          Mula-mula terdapat perlekatan atau ulserasi kulit, kemudian terjadi infiltrasi ke jaringan sekitarnya. Limfatik: ke kelenjar limfa regional, terutama kelenjar axilla.
                        Hematogen:  ke tulang, hati, paru-paru dan otak.
Gejala klinik.   Pada permulaan biasanya hanya teraba suatu benjolan kecil pada mamma, kadang-kadang disertai rasa nyeri. Retraksi papila mamma atau perdarahan dan papila mamma pembesaran kelenjar limfa axilla, metastasis di tulang atau paru-paru merupakan tanda-tanda adanya karsinoma mamma.
Stadium klinik. Karsinoma mamma dibagi dalam 4 stadium:
Stadium I.       Tumor. terbatas pada mamma dan dapat digerakkan dan m. pektoralis.
Stadium II.      Sama seperti stadium I, tetapi teraba kelenjar axilla yang masih dapat digerakkan.
Stadium III.    Tumor melekat pada m. pektoralis atau dinding torax. 
                        Infiltrasi kulit yang luas atau terdapat “peau d’orange” Kelenjar limfa axilla tak dapat digerakkan atau teraba kelenjar limfa suprakiavikula atau kelenjar limfa axilla kontra-lateral.
Stadium IV.     Metastasis di tulang, paru-paru, hati, otak, dll.
Prognosis.       Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosis daripada karsinoma mamma:
  1. Stadium penyakit. Prognosis makin buruk apabila stadium penyakit makin lanjut.
  2. Letak tunor. Tumor yang terletak di kwadran lateral mempunyai prognosis lebih baik daripada kwadran dalam.
  3. Jenis histologik daripada tumor. Karsinoma skirus dan papilari duct karsinoma mempunyai prognosis yang lebih baik daripada karsinoma ensefaloid.
  4. Prognosis lebih baik bagi yang berusia lanjut (post menopause); mungkin ini ada hubungannya dengan aktivitas hormon estrogen.
  5. Kehamilan dan laktasi. Ini mempunyai efek yang buruk terhadap karsinoma mamma.
Terapi. Pengobatan karsinoma mamma tergantung pada stadium penyakit. Kini untuk karsinoma mamma stadium I banyak dilakukan mastektomi simpel disertai penyinaran post operatif, karena menurut Mac Whirter hasilnya sangat memuaskan. Indikasi untuk operasi karsinoma mamma sekarang lebih. tegas, kasus yang agak lanjut stadiumnya lebih baik tidak dioperasi tetapi diberi penyinaran. Pendapat ini merupakan salah satu kemajuan yang besar dalam terapi karsinoma mamma.
Stadium I        a.   Mastektomi radikal. Apabila kelenjar limfa axilla positif, maka diberi penyinaran post operatif.
atau     b.   Mastektonn simpel + penymnaran post operatif. Dosis: 4000 rad pada kelenjar limfa regional dan dinding torax dalam waktu 4— 5 minggu.
Stadium II.      Mastektomi simpel + penyinaran post operatif. Dosis sama seperti I (b).
Stadium III.    Radioterapi. Dosis 4000 rad pada tumor dan kelenjar limfa regional dalam waktu 4 — 5 minggu.
Stadium IV.     -     Radioterapi paliatif. Dosis: 3000 rad pada tumor dan kelenjar limfa regional dalam waktu 3 – 4 minggu.
-          Metastasis di tulang: 2000 rad dalam 2 minggu.
-          Kastrasi. Dosis: 1200 rad pada ovarium dalam I minggu.
-          Terapi hormon. Androgen dan estrogen dapat diberikan untuk pengobatan paliatif. Androgen biasanya diberikan pada penderita pre-menopause, estrogen pada post-menopause. Untuk metastasis tulang androgen juga dapat diberikan pada penderita post. menopause. Androgen: testosterone propionate, 100 mg., 2 – 3 X  seminggu selama 3 bulan. Estrogen: stilboestrol, 10 mg. sehari atau etiniloestradiol, 3 mg. sehari.
-          Prednison. Terapi dengan prednison diberikan pada penderita post-menopause. Dosis: 3 X 30 mg sehari.
Hasil terapi. Tanpa pengobatan rata-rata hidup sampai 3 tahun lebih dan 22% sampai 5 tahun.
Dengan pembedahan dan/atau radioterapi terdapat 5 tahun survival rates sebagai berikut:
stadium I.        :     70 — 80%
stadium II       :     35 — .45%
stadium III      :     10 — 15%
stadium IV      :     5 — 10% (hanya radioterapi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar